Tekad Itu Berbuah Manis

By. Hermiza Akmal

MAN 3 Kota Padang Panjang

Waktu berputar begitu cepat, apa yang terjadi hari kemaren bahkan sebulan yang lalu, serasa tadi pagi saja. Jarum jam berputar tanpa kompromi. Minggu pergi, bulanpun datang. Bulan menghilang, tahunpun tiba.

Ternyata, sudah dua puluh tahun lamanya, semenjak tahun 1996 sampai dengan tahun 2016, madrasah tempat Aku mencurahkan segenap ilmu dan ketrampilan yang Aku miliki, memberikan amanah jabatan wali kelas (walas) kepadaku, jabatan ini Aku tunaikan dengan keikhlasan, penuh tanggungjawab, dan tekad yang kuat untuk bisa mengantarkan semua peserta didikku sesuai dengan harapanku, yaitu mereka sukses semuanya, baik sukses akademiknya, aqidahnya, akhlaknya, dan ketrampilannya.

Hari pertama Aku memasuki lokal tempat Aku diamanahi sebagai walas, Aku memberikan motivasi kepada peserta didikku agar mereka menyadari bahwa hakikat kedatangan mereka ke madrasah tidak lain dan tidak bukan adalah menuntut ilmu untuk mempersiapkan bekal menghadapi masa depan yang penuh tantangan.

Aku menyampaikan nasehat Imam Syafi’i Ulama besar kelahiran Palestina, bahwa ada enam faktor yang akan mengantarkan seseorang sukses dalam menuntut ilmu, yaitu kecerdasan, semangat, bersungguh-sungguh, ada kerelaan untuk berkorban mengeluarkan uang, bersahabat dengan guru, dan waktu yang lama.

Enam faktor di atas, Aku sampaikan secara detail poin per poin agar mereka semua mengingat dan mengamalkannya. Banyak hal lain lagi yang kami bahas dalam pertemuan pertama itu, di antaranya membentuk perangkat kelas dan menentukan iuran sosial.

Madrasah atau sekolah manapun, secara umum pasti akan menghadapi masalah yang sama ketika berhadapan dengan peserta didik yang beragam dengan latar belakang keluarga yang berbeda. Ya berbeda pendidikan orangtuanya, ekonominya, kebiasaannya (perilakunya), dan lain sebagainya.

Berhadapan dengan peserta didik yang memiliki kesamaan pola pikir, sikap mental, dan perilaku, sebagai walas Aku tinggal meningkatkan kualitas kadar pola pikirnya, sikap mentalnya, dan perilakunya kepada yang lebih baik dan pekerjaanku seperti ini, tidaklah berat karena Aku merasakan setujuan dengan mereka semuanya, yaitu berupaya setiap hari meningkatkan wawasan keilmuan, mempertinggi budi pekerti (akhlaqul karimah) baik kepada Allah Sang Pencipta, sesama manusia, maupun kepada lingkungan sekitar.

Namun sangat berbeda, ketika dihadapkan kepada peserta didik yang memiliki pola pikir, sikap mental, dan perilaku yang sangat menjengkelkan seperti sering tidak masuk alias alfa. Aku melakukan pendekatan persuasif dan face to face plus dalam hatiku berdoa semoga Allah memberi hidayah dan menuntunnya untuk berbuat yang terbaik bagi dirinya.

Waktu mengalir bagaikan air, tanpa terasa waktu dua semester tahun pembelajaran akan berakhir dengan adanya penerimaan rapor bagi peserta didik. Beberapa hari sebelum penerimaan rapor, selalu diadakan rapat dinas, khusus membicarakan tentang hasil belajar peserta didik yang tuntas dan layak naik kelas sekaligus peserta didik yang harus mengulang kembali pada tingkat yang sama.

Ketika kepala madrasah bertanya kepadaku sebagai walas bagi peserta didikku sekaitan dengan hasil belajar mereka, Aku menjawab Alhamdulillah tidak ada permasalahan alias semua peserta didikku naik kelas dengan nilai memuaskan.

Aku menyadari, ketika amanah dijalankan dengan keikhlasan, penuh tanggungjawab, dan tekad yang kuat, Allah akan memberikan jalan-jalan kemudahan dan menuntun untuk bisa berbuat yang lebih baik dalam mencapai kesuksesan dengan jabatan yang disandang. Alhamdulillah tekad kuat itu berbuah manis.