Hermiza Akmal, S.Ag

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Sombong Itu Pakaian-Ku

Sombong Itu Pakaian-Ku

Sombong itu Pakaian-Ku

By. Hermiza Akmal

MAN 3 Kota Padang Panjang

Kamis pagi yang cerah, Aku melajukan kendaraan ke madrasahku lebih awal dari hari biasa, karena giliranku piket bersama teman-temanku yang lain, setibanya di madrasahku yang asri, Aku langsung figher print dan menuju halaman madrasah. Setiap pagi di madrasahku, selalu melaksanakan apel yang diisi dengan tahsin Al-Quran, kulim (kuliah lima menit), komentar kulim, dan tambahan informasi madrasah jika ada.

Jadwal tahsin Al-Quran dan kulim diisi oleh para peserta didikku secara bergiliran per lokal. Ketika tahsin Al-Quran, Aku dan guru-guru yang lain serta seluruh peserta didikku khusyuk membaca ayat-ayat suci Al-Quran, selanjutnya diisi dengan kulim oleh salah seorang peserta didikku. Ketika kulim berlangsung, Aku memperhatikan seluruh peserta didikku yang berada di halaman madrasah, ada di antara peserta didikku (mantan ketua OSIM dan ketua OSIM) asyik bercerita tanpa menghiraukan orang yang sedang kulim.

Seusai kulim, Aku langsung mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada peserta didikku yang telah mencoba untuk menyampaikan sesuatu yang dia tahu. Kemudian tiba giliranku untuk mengomentari isi penyampaian kulim peserta didikku tadi, ketika Aku mengomentari itu, mantan ketua OSIM dan ketua OSIM tadi masih saja asyik bercerita, di penghujung komentarku, Aku suruh keduanya untuk tinggal dulu ketika seluruh peserta didikku yang lain dipersilakan memasuki ruang belajar mereka masing-masing.

Kedua peserta didikku itu, Aku ajak menuju mushalla madrasah. Mulailah Aku membuka pembicaraan dengan keduanya. Ummi (panggilan Aku oleh peserta didikku) langsung saja kepada inti agar ananda berdua bisa pula segera mengikuti belajar pada hari ini. Kenapa ananda Ummi tinggalkan, sementara yang lain sudah diperbolehkan masuk lokal ?

Mereka jujur saja menjawab bahwa mereka tadi ngomong selama apel dan mohon maaf tidak akan mengulanginya lagi. Aku melanjutkan pembicaraanku kepada mereka. Ummi sangat sayang kepada ananda berdua, karena pada diri ananda, Ummi melihat ada tanda-tanda akan menjadi orang sukses nanti.

Ketika ananda berdua sekarang, Ummi ada melihat perilaku ananda yang tidak baik, perlu dan berkewajiban Ummi untuk meluruskannya karena masa depan ananda masih sangat panjang, dan harapan orangtua ananda sama dengan harapan Ummi sebagai guru, yaitu ingin ananda sukses secara lahir dan bathin, dunia dan akhirat.

Ummi sering lihat, kalau di mushalla ada acara muhadharah, kultum, dan terakhir tadi ketika ada yang sedang kulim, bahkan ketika Ummi sedang menyampaikan sesuatu kepada kita semua, ananda berdua asyik saja ngomong dan acuh saja dengan kondisi sekitar ananda.

Aku bertanya kepada mereka ”Apakah karena jabatan mantan ketua OSIM atau ketua OSIM ini yang membuat ananda menjadi sombong ? Mereka spontan menjawab “Tidak Ummi”. Aku responi jawaban mereka “Penyakit sombong ini biasanya dimiliki oleh orang intelek, berilmu, berpendidikan tinggi, berjabatan, beruang, dan bentuk lahiriah yang cantik atau tampan, intinya ada kelebihan pada diri seseorang.”

Kita semua tahu bahwa sifat sombong itu adalah sifat iblis. Untuk apa segenap kelebihan yang kita miliki itu tetapi tidak mengantarkan kita menjadi hamba Allah yang tawadhuk (rendah hati), padahal semua itu berasal dari-Nya. Ananda juga sudah belajar bahwa definisi sombong itu dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim adalah “Menolak Kebenaran dan Memandang Enteng Orang Lain.” Dan dalam hadis qudsi Allah berfirman “ Kesombongan itu adalah Pakaian-Ku.” Maksudnya sifat sombong (membesarkan diri) adalah sifat yang hanya layak untuk Allah semata dan sangat-sangat tidak layak bagi kita makhluk ciptaan-Nya.

Mari kita biasakan, kalau ada orang sedang berbicara, jadilah kita pendengar yang baik, sebagai wujud bahwa kita pernah diberi ajaran dan didikan yang baik oleh orangtua, guru, tokoh masyarakat, dan lain sebagainya, apalagi ketika guru menyampaikan sesuatu yang berharga bagi masa depan kita. Dan ketika kita berbicara, pasti kita juga menginginkan orang, mendengarkan yang kita sampaikan.

Itu adalah fitrah, bahwa setiap orang ingin dihargai.

Jangan ada kita bersikap dan berperilaku meremehkan atau memandang tidak berharga orang yang sedang berbicara. Yakinlah ananda, kalau sikap dan perilaku ini tidak dirobah, nanti ketika ananda berada dan bekerja di manapun, sebentar ananda dipakai orang, ketika orang sudah tahu perilaku ananda, ananda akan ditinggalkan bahkan disingkirkan karena tidak ada orang yang suka dipandang rendah.

Nilai akademik yang sudah bagus, dipertahankan, kalau dapat ditingkatkan, tetapi jangan hanya mengandalkan kemampuan intelektual saja, mari kita miliki kecerdasan emosional dan spiritual. Kecerdasan emosional, dengan menanamkan akhlak-akhlak terpuji dalam jiwa yang diwujudkan dalam kehidupan nyata, plus tingkatkan kecerdasan spiritual kepada Allah dengan mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dengan lebih mendekatkan diri kepada-Nya, jangan ilmu itu sekedar hiasan otak belaka. Setujuuu ? Mereka menjawab “Oke Ummi, maafkan kami Ummi, tegur selalu kami jika kami salah Ummi, terima kasih Ummi. Akhirnya, Aku persilakan mereka untuk masuk belajar.

Dalam perjalanan menuju ruang piket, batinku hanya berharap agar potensi-potensi bagus yang dimiliki oleh para peserta didikku harus terus mereka pelihara agar tetap menjadi milik yang sangat berharga bagi diri mereka dengan adanya kerja keras dan empati Aku beserta seluruh teman-teman seprofesiku untuk memeliharanya agar generasi pelanjut agama, nusa, dan bangsa di masa mendatang, dapat dibanggakan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

hehehe judul nya bikin penasaran kak, lanjutkan....

09 Mar
Balas

Insya Allah Ukhti...Syukran supportnya Diiik...

09 Mar

Begitu lah anak zaman now ya niiiii

13 Mar
Balas

Peran pendidik dan pengajar melengkapi kekurangan peserta didik, baik dalam hal pola pikir, sikap mental, perilaku, dan keterampilannya. Kita kasihan anak zaman now diracuni dengan berbagai pengaruh-pengaruh yang tidak mendidik, jangan kita biarkan potensi-potensi cemerlang yang ada dalam diri mereka,hancur berantakan.

13 Mar

Terima kasih kk .dirimu juga mengajark scr tdk langsung kpd kmi agar jgn sampai sombong sebesar bji zarah ada pd diri kita

10 Mar
Balas

Benar Ukhti...Syukran Ukhti...

10 Mar

Terima kasih kk .dirimu juga mengajark scr tdk langsung kpd kmi agar jgn sampai sombong sebesar bji zarah ada pd diri kita

10 Mar
Balas

Mantap ibuk...dah dimasukan nilai2 agama yg berdasarkn Al-Qur'an dan Hadits untuk menambah khasanah ilmu dan pengetahuan.

09 Mar
Balas

Ya Pak...Syukran supportnya Pak...

09 Mar

Keren bunda,,kami pernah melakukan seperti itu bun,,,bunda mengingatkan kami kembali apa yg kami perbuat waktu sekolah dulu. Heheeh.Menolak Kebenaran dan Memandang Enteng Orang LainSemoga kami jauh dari sifat ini bun..aamiin.Semoga sukses slalu bunda.

09 Mar
Balas

Aamiin...Syukran supportnya Hendri...

09 Mar



search

New Post